1. Remaja Awal (12-15 Tahun)
Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang
sangat pesat dan perkembangan intelektual yang sangat intensif sehingga minat
anak pada dunia luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap
kanak-kanak lagi namun sebelum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya.
Selain itu pada masa ini remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil,
tidak puas dan merasa kecewa.
2. Remaja Pertengahan (15-18 Tahun)
Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan
tetapi pada masa remaja ini timbul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian
dan kehidupan badaniah sendiri.Remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan
melakukan perenungan terhadap pemikiran filosofis dan etis.
Maka dari perasaan yang penuh keraguan pada masa
remaja awal maka pada rentan usia ini mulai timbul kemantapan pada diri
sendiri. Rasa percaya diri pada remaja menimbulkan kesanggupan pada dirinya
untuk melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang dilakukannya. Selain itu
pada masa ini remaja menemukan diri sendiri atau jati dirnya.
3. Remaja Akhir (18-21 Tahun)
Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja
sudah mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan
sendiri dengan keberanian. Remaja mulai memahami arah hidupnya dan menyadari
tujuan hidupnya. Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu
pola yang jelas yang baru ditemukannya.
2. Ciri-ciri
atau Karakteristik Psikologi Remaja
a.
Perkembangan Fisik Psikologi Remaja
Fase remaja adalah periode kehidupan manusia yang
sangat strategis, penting dan berdampak luas bagi perkembangan berikutnya. Pada
remaja awal pertumbuhan fisiknya sangat pesat tetapi tidak proporsional,
misalnya pada hidung, tangan, dan kaki. Pada remaja akhir,proporsi
tubuhmencapai ukuran tubuh orang dewasa dalam semua bagiannya (Syamsu Yusuf
:2005). Berkaitan dengan perkembangan fisik ini, perkembangan terpenting adalah
aspek seksualitas ini dapat dipilah menjadi dua bagian, yakni :
1) Ciri-ciri
Seks Primer
Perkembangan psikologi remaja pria mengalami
pertumbuhan pesat pada organ testis, pembuluh yang memproduksi sperma dan
kelenjar prostat. Kematangan organ-organ seksualitas ini memungkinkan remaja
pria, sekitar usia 14 – 15 tahun, mengalami “mimpi basah”, keluar sperma. Pada
remaja wanita, terjadi pertumbuhan cepat pada organ rahim dan ovarium yang
memproduksi ovum (sel telur) dan hormon untuk kehamilan. Akibatnya terjadilah
siklus “menarche” (menstruasi pertama). Siklus awal menstruasi sering
diiringi dengan sakit kepala, sakit pinggang, kelelahan, depresi, dan mudah
tersinggung. Psikologi remaja
2) Ciri-ciri
Seks Sekunder
Perkembangan psikologi remaja pada seksualitas
sekunder adalah pertumbuhan yang melengkapi kematangan individu sehingga tampak
sebagai lelaki atau perempuan. Remaja pria mengalami pertumbuhan bulu-bulu pada
kumis, jambang, janggut, tangan, kaki, ketiak, dan kelaminnya. Pada pria telah
tumbuh jakun dan suara remaja pria berubah menjadi parau dan rendah. Kulit
berubah menjadi kasar. Pada remaja wanita juga mengalami pertumbuhan bulu-bulu
secara lebih terbatas, yakni pada ketiak dan kelamin. Pertumbuhan juga terjadi
pada kelenjar yang bakal memproduksi air susu di buah dada, serta pertumbuhan
pada pinggul sehingga menjadi wanita dewasa secara proporsional.
b.
Perkembangan Kognitif Psikologi Remaja
Pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan pada usia 12–20
thn secara fungsional, perkembangan kognitif (kemampuan berfikir) dapat
digambarkan sebagai berikut
a. Secara
intelektual remaja mulai dapat berfikir logis tentang gagasan abstrak
b.
Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu membuat rencana, strategi,
membuat keputusan-keputusan, serta memecahkan masalah
c. Sudah
mampu menggunakan abstraksi-abstraksi, membedakan yang konkrit dengan yang abstrak
d. Munculnya
kemampuan nalar secara ilmiaah belajar menguji hipotesis
e.
Memikirkan masa depan, perencanaan, dan mengeksplorasi alternatif untuk
mencapainya psikologi remaja
f. Mulai
menyadari proses berfikir dan belajar berinstropeksi
g. Wawasan berfikirnya
semakin meluas, bisa meliputi agama, keadilan, moralitas, dan identitas (jati
diri)
c. Perkembangan emosi Psikologi Remaja
Remaja mengalami puncak emosionalitasnya, perkembangan
emosi tingkat tinggi. Perkembangan psikologi remaja awal menunjukkan sifat
sensitif, reaktif yang kuat, emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah
tersinggung, marah, sedih, dan murung). Sedangkan remaja akhir sudah mulai
mampu mengendalikannya. Remaja yang berkembang di lingkungan yang kurang
kondusif, kematangan emosionalnyaterhambat. Sehingga sering mengalami akibat
negatif berupa tingkah laku “salah suai”, misalnya : psikologi
remaja
1) Agresif :
melawan, keras kepala, berkelahi, suka menggangu dan lain-lainnya
2) Lari dari
kenyataan (regresif) : suka melamun, pendiam, senang menyendiri,
mengkonsumsi obat penenang, minuman keras, atau obat terlarang
Sedangkan remaja yang tinggal di lingkungan yang
kondusif dan harmonis dapat membantu kematangan emosi remaja menjadi :
1) Adekuasi
(ketepatan) emosi : cinta, kasih sayang, simpati, altruis (senang menolong),
respek (sikap hormat dan menghormati orang lain), ramah, dan lain-lainnya
2)
Mengendalikan emosi : tidak mudah tersinggung, tidak agresif, wajar,
optimistik, tidak meledak-ledak, menghadapi kegagalan secara sehat dan bijak
d.
Pekembangan Moral Psikologi Remaja
Remaja sudah
mampu berperilaku yang tidak hanya mengejar kepuasan fisik saja, tetapi
meningkat pada tatanan psikologis (rasa diterima, dihargai, dan penilaian
positif dari orang lain). psikologi remaja
e. Perkembangan
Sosial Psikologi Remaja
Remaja telah
mengalami perkembangan kemampuan untuk memahami orang lain (social cognition)
dan menjalin persahabatan. Remaja memilih teman yang memiliki sifat dan
kualitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya, misalnya sama hobi,
minat, sikap, nilai-nilai, dan kepribadiannya.
Perkembangan sikap yang cukup rawan pada remaja adalah
sikap comformity yaitu kecenderungan untuk menyerah dan mengikuti
bagaimana teman sebayanya berbuat. Misalnya dalam hal pendapat, pikiran,
nilai-nilai, gaya hidup, kebiasaan, kegemaran, keinginan, dan lain-lainnya.
f.
Perkembangan Kepribadian Psikologi Remaja
Psikologi remaja. Isu sentral pada remaja adalah masa berkembangnya
identitas diri (jati diri) yang bakal menjadi dasar bagi masa dewasa. Remaja
mulai sibuk dan heboh dengan problem “siapa saya?” (Who am I ?). Terkait
dengan hal tersebut remaja juga risau mencari idola-idola dalam hidupnya yang
dijadikan tokoh panutan dan kebanggaan. Faktor-faktor penting dalam perkembangan
integritas pribadi remaja (psikologi remaja) adalah :
1)
Pertumbuhan fisik semakin dewasa, membawa konsekuensi untuk berperilaku dewasa
pula
2)
Kematangan seksual berimplikasi kepada dorongan dan emosi-emosi baru
3) Munculnya
kesadaran terhadap diri dan mengevaluasi kembali obsesi dan cita-citanya
4) Kebutuhan interaksi dan persahabatan lebih luas dengan
teman sejenis dan lawan jenis
5) Munculnya
konflik-konflik sebagai akibat masa transisi dari masa anak menuju dewasa.
Remaja akhir sudah mulai dapat memahami, mengarahkan, mengembangkan, dan
memelihara identitas diri
Tindakan
antisipasi remaja akhir adalah:
1) Berusaha
bersikap hati-hati dalam berperilaku dan menyikapi kelebihan dirinya
2) Mengkaji
tujuan dan keputusan untuk menjadi model manusia yang diidamkan
3)
Memperhatikan etika masyarakat, kehendak orang tua, dan sikap teman-temannya
4)
Mengembangkan sikap-sikap pribadinya
g.
Perkembangan Kesadaran Beragama
Iman dan hati adalah penentu perilaku dan perbuatan
seseorang. Bagaimana perkembangan spiritual ini terjadi pada psikologi remaja?
Sesuai dengan perkembangannya kemampuan kritis psikologi remaja
hingga menyoroti nilai-nilai agama dengan cermat. Mereka mulai membawa
nilai-nilai agama ke dalam kalbu dan kehidupannya. Tetapi mereka juga mengamati
secara kritis kepincangan-kepincangan di masyarakat yang gaya hidupnya kurang
memedulikan nilai agama, bersifat munafik, tidak jujur, dan perilaku amoral
lainnya.
Faktor-faktor penyebab kenakalan
remaja
- Reaksi frustasi diri
- Gangguan berpikir dan
intelegensia pada diri remaja
- Kurangnya kasih sayang orang
tua / keluarga
- Kurangnya pengawasan dari orang
tua
- Dampak negatif dari
perkembangan teknologi modern
- Dasar-dasar agama yang kurang.
- Tidak adanya media penyalur
bakat/hobi
- Masalah yang dipendam
- Broken home
- Pengaruh kawan sepermainan
- Relasi yang salah
- Lingkungan tempat tinggal
- Informasi dan tehnologi yang
negatif
- Pergaulan
Contoh kenakalan remaja
Contoh kenakalan
remaja 1 : Membolos sekolah
- Contoh
kenakalan remaja 2 : Kebut-kebutan di jalanan
Cara Mengatasi Kenakalan Remaja
Masa remaja sebagai periode merupakan suatu
periode yang sarat dengan perubahan dan rentan munculnya masalah (kenakalan remaja). Untuk itu perlu adanya perhatian
khusus serta pemahaman yang baik serta penanganan yang tepat terhadap remaja
merupakan faktor penting bagi keberhasilan remaja di kehidupan
selanjutnya, mengingat masa ini merupakan masa yang paling menentukan.
Selain itu perlu adanya kerjasama dari remaja itu
sendiri, orang tua, guru dan pihak-pihak lain yang terkait agar perkembangan
remaja di bidang pendidikan dan bidang-bidang lainnya dapat dilalui secara
terarah, sehat dan bahagia. Demikian sedikit paparan mengenai kenakalan remaja
semoga kenakalan remaja di negeri ini
berkurang.
- Perlunya pembelanjaran agama yang dilakukan sejak dini, seperti beribadah dan mengunjungi tempat ibadah sesuai dengan iman kepercayaannya.
- Perlunya kasih sayang dan perhatian dari orang tua dalam hal apapun.
- Adanya pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. contohnya: kita boleh saja membiarkan dia melakukan apa saja yang masih sewajarnya, dan apabila menurut pengawasan kita dia telah melewati batas yang sewajarnya, kita sebagai orangtua perlu memberitahu dia dampak dan akibat yang harus ditanggungnya bila dia terus melakukan hal yang sudah melewati batas tersebut.
- Biarkanlah dia bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya beda umur 2 atau 3 tahun baik lebih tua darinya. Karena apabila kita membiarkan dia bergaul dengan teman main yang sangat tidak sebaya dengannya, yang gaya hidupnya sudah pasti berbeda, maka dia pun bisa terbawa gaya hidup yang mungkin seharusnya belum perlu dia jalani.
- Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi seperti tv, internet, radio, handphone, dll.
- Perlunya bimbingan kepribadian di sekolah, karena disanalah tempat anak lebih banyak menghabiskan waktunya selain di rumah.
- Kita perlu mendukung hobi yang dia inginkan selama itu masih positif untuk dia. Jangan pernah kita mencegah hobinya maupun kesempatan dia mengembangkan bakat yang dia sukai selama bersifat Positif. Karena dengan melarangnya dapat menggangu kepribadian dan kepercayaan dirinya.
- Sebagai orang tua harus menjadi tempat CURHAT yang nyaman untuk anak anda, sehingga anda dapat membimbing dia ketika ia sedang menghadapi masalah.
Ciri-ciri
Orang Dewasa
Batasan orang dewasa secara kronologis terentang
dari usia 20-70 tahun yang dapat dikelompokkan menjadi tiga masa yaitu dewasa
muda (20-40 tahun), tengah baya (40-55 tahun) dan tua/ lanjut usia (55-70
tahun)
Ciri-ciri psikologis orang dewasa menurut Gordon
Allport (dalam Hall dan Lindzey: 1985) antara laiin :
- Adanya usaha pribadi pada salah satu lapangan yang penting dalam kebudayaan seperti pekerjaan, politik, agama, seni dan ilmu pengetahuan
- Kemampuan untuk mengadakan kontak yang hangat dalam hubungan-hubungan yang fungsional dan tidak fungsional
- Adanya suatu stabilitas batin yang fundamental dalam dunia perasaan dan dalam hubungannya dengan penerimaan diri sendiri
- Pengamatan pikiran dan tingkah laku menunjukkan sifat realitas yang jelas, tetapi masih ada relativitasnya
- Dapat melihat diri sendiri seperti adanya dan melihat segi kehidupan yang menyenangkan
- Menemukan suatu bentuk kehidupan yang sesuai dengan gambaran dunia atau filsafat hidup yang dapat merangkum kehidupan menjadi suatu kesatuan
Perkembangan Masa Dewasa
Submitted by admin on Wed, 05/10/2011
- 09:24 Tags
Edisi C3I: e-konsel 262 - Masa Dewasa/Muda
Diringkas oleh: Sri SetyawatiDalam studi psikologi perkembangan kontemporer atau perkembangan rentang hidup, wilayah pembahasannya tidak terbatas pada perubahan perkembangan selama masa anak-anak dan remaja saja, tetapi juga masa dewasa, tua, hingga meninggal dunia. Hal ini dikarenakan perkembangan manusia tidak akan berakhir, tetapi terus berkesinambungan. Perubahan-perubahan badaniah yang terjadi sepanjang hidup, memengaruhi sikap, proses kognitif, dan perilaku individu. Hal ini berarti bahwa permasalahan yang harus diatasi juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu sepanjang rentang kehidupan.
Seperti halnya dengan remaja, untuk merumuskan sebuah definisi tentang kedewasaan tidaklah mudah. Apalagi di setiap kebudayaan yang ada, masing-masing memiliki ketentuan sendiri untuk menetapkan kapan seseorang mencapai status dewasa secara formal. Pada sebagian besar kebudayaan kuno, status ini tercapai jika pertumbuhan pubertas telah selesai atau setidak-tidaknya sudah mendekati selesai, atau jika organ kelamin anak telah mencapai kematangan serta mampu berproduksi. Di Indonesia sendiri, seseorang dianggap mencapai status dewasa jika sudah menikah, meskipun usianya belum mencapai 21 tahun.
Terlepas dari perbedaan dalam penentuan waktu dimulainya status kedewasaan tersebut, pada umumnya psikolog menetapkan usia 20-an sebagai awal masa dewasa dan berlangsung sampai sekitar usia 40-45, dan pertengahan masa dewasa berlangsung dari usia 40-45 hingga usia 65-an, serta masa dewasa lanjut/masa tua berlangsung dari usia 65-an sampai meninggal, demikian pandangan dari Robert S. Feldman, penulis buku "Understanding Psychology".
Berikut ini diuraikan beberapa aspek perkembangan yang terjadi selama masa dewasa dan usia tua, yang meliputi perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial.
Perkembangan Fisik
Dilihat dari aspek perkembangan fisik, pada awal masa dewasa kemampuan fisik mencapai puncaknya, dan sekaligus mengalami masa penurunan. Adapun beberapa gejala penting dari perkembangan fisik yang terjadi selama masa dewasa, antara lain kesehatan badan, sensor dan perseptual, serta otak.
1. Kesehatan badan.
Bagi kebanyakan orang, awal masa dewasa ditandai dengan memuncaknya kemampuan dan kesehatan fisik. Mulai dari usia sekitar 18-25 tahun, individu memiliki kekuatan yang terbesar, gerak-gerak refleks mereka sangat cepat. Demikian juga dengan kemampuan reproduksi mereka. Meskipun pada masa ini kondisi kesehatan fisik mencapai puncak, namun selama periode ini mereka juga mengalami penurunan keadaan fisik. Sejak usia 25 tahun, perubahan-perubahan fisik mulai terlihat. Perubahan-perubahan ini sebagian besar bersifat kuantitatif daripada kualitatif. Secara berangsur-angsur, kekuatan fisik mengalami kemunduran, sehingga lebih mudah terserang penyakit.
Bagi wanita, perubahan biologis yang utama terjadi selama masa pertengahan dewasa adalah perubahan dalam hal kemampuan reproduksi, menopause, dan hilangnya kesuburan. Bagi laki-laki, proses penuaan selama masa pertengahan dewasa tidak begitu kentara, karena tidak ada tanda-tanda fisiologis dari peningkatan usia seperti berhentinya haid pada perempuan.
2. Perkembangan sensori.
Pada awal masa dewasa, penurunan fungsi penglihatan dan pendengaran mungkin belum begitu kentara. Pada masa dewasa akhir barulah terlihat adanya perubahan-perubahan sensori fisik dari panca inderanya.
3. Perkembangan otak.
Mulai masa dewasa awal, sel-sel otak juga berangsur-angsur berkurang. Akan tetapi, perkembangbiakan koneksi neural, khususnya bagi orang-orang yang tetap aktif, membantu mengganti sel-sel yang hilang.
Perkembangan Kognitif
Pertanyaan yang paling banyak menimbulkan kontroversi dalam studi tentang perkembangan rentang hidup manusia adalah apakah kemampuan kognitif orang dewasa paralel dengan penurunan kemampuan fisik. Pada umumnya, orang percaya bahwa proses kognitif -- belajar, memori, dan inteligensi -- mengalami kemerosotan bersamaan dengan terus berkembangnya usia. Bahkan, ada yang menyimpulkan bahwa usia terkait dengan penurunan proses kognitif ini juga tercermin dalam masyarakat ilmiah. Akan tetapi, belakangan ini sejumlah hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan tentang terjadinya kemerosotan proses kognitif bersamaan dengan penurunan kemampuan fisik, sebenarnya hanyalah salah satu stereotip budaya yang meresap dalam diri kita.
1. Perkembangan pemikiran postformal.
Sejumlah ahli perkembangan percaya bahwa pada masa dewasa, individu-individu menata pemikiran operasional mereka. Mereka mungkin merencanakan dan membuat hipotesis tentang masalah-masalah seperti remaja, tetapi mereka menjadi sistematis ketika mendekati masalah sebagai orang dewasa. D.P. Keating, penulis buku "Adolescent Thinking", mengatakan bahwa ketika orang dewasa lebih mampu menyusun hipotesis daripada remaja dan menurunkan suatu pemecahan masalah dari suatu permasalahan, banyak orang dewasa yang tidak menggunakan pemikiran operasional formal sama sekali. Sementara itu, Gisela Labouvie-Vief (dalam buku "Understanding Human Behavior", karya McConnell dan Philipchalk), menyatakan bahwa pemikiran dewasa muda menunjukkan suatu perubahan yang signifikan. Pemikiran orang dewasa muda menjadi lebih konkret dan pragmatis.
Secara umum, orang dewasa lebih maju dalam penggunaan intelektualitas. Pada masa dewasa awal misalnya, orang biasanya berubah dari mencari pengetahuan menjadi menerapkan pengetahuan, yakni menerapkan apa yang diketahuinya untuk mencapai jenjang karier dan membentuk keluarga. Akan tetapi, tidak semua perubahan kognitif pada masa dewasa mengarah pada peningkatan potensi. Bahkan, kadang-kadang beberapa kemampuan kognitif mengalami kemerosotan seiring dengan pertambahan usia. Meskipun demikian, sejumlah ahli percaya bahwa kemunduran keterampilan kognitif yang terjadi, terutama pada masa dewasa akhir, dapat ditingkatkan kembali melalui serangkaian pelatihan.
2. Perkembangan memori.
Salah satu karakteristik yang paling sering dihubungkan dengan orang dewasa dan usia tua adalah penurunan dalam daya ingat. Namun, sejumlah bukti menunjukkan bahwa perubahan memori bukanlah sesuatu yang pasti terjadi sebagai bagian dari proses penuaan, melainkan lebih merupakan stereotip budaya.
3. Perkembangan inteligensi.
Suatu mitos yang bertahan hingga sekarang adalah bahwa menjadi tua berarti mengalami kemunduran intelektual. Mitos ini diperkuat oleh sejumlah peneliti awal yang berpendapat bahwa seiring dengan proses penuaan selama masa dewasa, terjadi kemunduran dalam inteligensi umum. Hampir semua studi menunjukkan bahwa setelah mencapai puncaknya pada usia 18 dan 25 tahun, kebanyakan kemampuan manusia terus-menerus mengalami kemunduran. Witherington dalam bukunya, "Educational Psychology", menyebutkan 3 faktor penyebab terjadinya kemunduran kemampuan belajar dewasa.
a. Ketiadaan kapasitas dasar.
Orang dewasa tidak akan memiliki kemampuan belajar bila pada usia mudanya juga tidak memiliki kemampuan belajar yang memadai.
b. Terlampau lamanya tidak melakukan aktivitas-aktivitas yang bersifat intelektual.
Orang-orang yang sudah berhenti membaca bacaan-bacaan yang "berat" dan berhenti melakukan pekerjaan intelektual, akan terlihat bodoh dan tidak mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan semacam itu.
c. Faktor budaya.
Faktor yang dimaksud terutama dengan cara-cara seseorang memberikan sambutan, seperti kebiasaan, cita-cita, sikap, dan prasangka-prasangka yang telah mengakar, sehingga setiap usaha untuk mempelajari cara sambutan yang baru akan mendapat tantangan yang kuat.
Perkembangan Psikososial
Selama masa dewasa, dunia sosial dan personal dari individu menjadi lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada masa dewasa, individu memasuki peran kehidupan yang lebih luas. Pola dan tingkah laku sosial orang dewasa berbeda dalam beberapa hal dari orang yang lebih muda. Perbedaan-perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh peristiwa-peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga dan pekerjaan. Selama periode ini, orang melibatkan diri secara khusus dalam karier, pernikahan, dan hidup berkeluarga. Menurut E.H. Erikson, penulis buku "Identity: Youth and Crisis", perkembangan psikososial selama masa dewasa ditandai dengan tiga gejala penting, yaitu keintiman, generatif, dan integritas.
1. Perkembangan keintiman.
Keintiman dapat diartikan sebagai suatu kemampuan memerhatikan orang lain dan membagi pengalaman dengan mereka. Menurut Erikson, pembentukan hubungan intim ini merupakan tantangan utama yang dihadapi oleh orang yang memasuki masa dewasa. Pada masa dewasa awal, orang-orang sudah siap dan ingin menyatukan identitasnya dengan orang lain. Mereka mendambakan hubungan yang intim/akrab, dilandasi rasa persaudaraan, serta siap mengembangkan daya-daya yang dibutuhkan untuk memenuhi komitmen-komitmen ini, sekalipun mereka mungkin harus berkorban.
2. Nilai-nilai cinta.
Selama tahap perkembangan keintiman ini, nilai-nilai cinta muncul. John W Santrock, penulis buku "Child Development", mengklasifikasikan cinta menjadi 4: altruisme, persahabatan, cinta yang romantis/bergairah, dan cinta yang penuh perasaan/persahabatan. Perasaan cinta pada masa ini lebih dari sekadar gairah/romantisme, melainkan suatu afeksi -- cinta yang penuh perasaan dan kasih sayang. Cinta pada orang dewasa diungkapkan dalam bentuk kepedulian terhadap orang lain. Orang-orang dewasa awal lebih mampu melibatkan diri dalam hubungan bersama -- hubungan saling berbagi hidup dengan orang lain yang intim.
3. Pernikahan dan keluarga.
Dalam pandangan Erikson, keintiman biasanya menuntut perkembangan seksual yang mengarah pada perkembangan hubungan seksual dengan lawan jenis yang ia cintai, yang dipandang sebagai teman berbagi suka dan duka. Ini berarti bahwa hubungan intim yang terbentuk akan mendorong orang dewasa awal untuk mengembangkan genitalitas seksual yang sesungguhnya dalam hubungan timbal balik dengan mitra yang dicintai. Kehidupan seks dalam tahap-tahap perkembangan sebelumnya terbatas pada penemuan identitas seksual dan perjuangan menjalin hubungan-hubungan akrab yang bersifat sementara. Agar memiliki arti sosial yang menetap, maka organ genitalia membutuhkan seseorang yang dicintai dan dapat diajak melakukan hubungan seksual, serta dapat berbagi rasa dalam suatu hubungan kepercayaan. Di hampir setiap masyarakat, hubungan seksual dan keintiman pada masa dewasa awal ini diperoleh melalui lembaga pernikahan.
4. Perkembangan generativitas.
Generativitas adalah tahap perkembangan psikososial yang dialami individu selama pertengahan masa dewasa. Ciri utama tahap generativitas adalah perhatian terhadap apa yang dihasilkan dan pembentukan, serta penetapan garis-garis pedoman untuk generasi mendatang. Transmisi nilai-nilai sosial ini diperlukan untuk memperkaya aspek psikoseksual dan aspek psikososial kepribadian. Apabila generativitas lemah atau tidak diungkapkan, maka kepribadian akan mundur, mengalami pemiskinan, dan stagnasi.
5. Perkembangan integritas.
Integritas merupakan tahap perkembangan psikososial Erikson yang terakhir. Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda, orang-orang, produk-produk, dan ide-ide, kemudian menyesuaikan diri dengan berbagai keberhasilan dan kegagalan dalam kehidupannya. Tahap ini dimulai kira-kira pada usia 65 tahun.
Demikianlah hal-hal yang terjadi pada masa dewasa. Setelah masa dewasa berakhir, manusia akan mengalami masa tua. Untuk memiliki hidup yang bermakna pada masa tua, kita sebaiknya menggunakan masa muda kita untuk melakukan hal-hal positif sesuai kebenaran firman Tuhan.
BAB I. PERKEMBANGAN
SEPUTAR DEWASA AWAL
1. Pendahuluan
Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa
remaja. Masa remaja yang ditandai dengan pencarian identitas diri, pada masa
dewasa awal, identitas diri ini didapat sedikit-demi sedikit sesuai dengan umur
kronologis dan mental ege-nya.
Berbagai masalah juga muncul dengan bertambahnya
umur pada masa dewasa awal. Dewasa awal adalah masa peralihan dari
ketergantungan kemasa mandiri, baik dari segi ekonomi, kebebasan menentukan
diri sendiri, dan pandangan tentang masa depan sudah lebih realistis.
Erickson (dalam Monks, Knoers & Haditono,
2001) mengatakan bahwa seseorang yang digolongkan dalam usia dewasa awal berada
dalam tahap hubungan hangat, dekat dan komunikatif dengan atau tidak melibatkan
kontak seksual. Bila gagal dalam bentuk keintiman maka ia akan mengalami apa
yang disebut isolasi (merasa tersisihkan dari orang lain, kesepian, menyalahkan
diri karena berbeda dengan orang lain).
Hurlock (1990) mengatakan bahwa dewasa awal
dimulai pada umur 18 tahun samapi kira-kira umur 40 tahun, saat
perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan
reproduktif.
Secara umum, mereka yang tergolong dewasa muda (young
) ialah mereka yang berusia 20-40 tahun. Menurut seorang ahli psikologi
perkembangan, Santrock (1999), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik
transisi secara fisik (physically trantition) transisi secara
intelektual (cognitive trantition), serta transisi peran sosial (social
role trantition).
Perkembangan sosial masa dewasa awal adalah
puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah masa
beralihnya padangan egosentris menjadi sikap yang empati. Pada masa ini,
penentuan relasi sangat memegang peranan penting. Menurut Havighurst (dalam
Monks, Knoers & Haditono, 2001) tugas perkembangan dewasa awal adalah
menikah atau membangun suatu keluarga, mengelola rumah tangga, mendidik atau
mengasuh anak, memikul tangung jawab sebagai warga negara, membuat hubungan
dengan suatu kelompok sosial tertentu, dan melakukan suatu pekerjaan. Dewasa
awal merupakan masa permulaan dimana seseorang mulai menjalin hubungan secara
intim dengan lawan jenisnya. Hurlock (1993) dalam hal ini telah mengemukakan
beberapa karakteristik dewasa awal dan pada salah satu intinya dikatakan bahwa
dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru dan
memanfaatkan kebebasan yang diperolehnya.
Dari segi fisik, masa dewasa awal adalah masa
dari puncak perkembangan fisik. Perkembangan fisik sesudah masa ini akan
mengalami degradasi sedikit-demi sedikit, mengikuti umur seseorang menjadi
lebih tua. Segi emosional, pada masa dewasa awal adalah masa dimana motivasi
untuk meraih sesuatu sangat besar yang didukung oleh kekuatan fisik yang prima.
Sehingga, ada steriotipe yang mengatakan bahwa masa remaja dan masa dewasa awal
adalah masa dimana lebih mengutamakan kekuatan fisik daripada kekuatan rasio
dalam menyelesaikan suatu masalah.
2. Ciri Perkembangan
Dewasa Awal
Dewasa awal adalah masa kematangan fisik dan
psikologis. Menurut Anderson (dalam Mappiare : 17) terdapat 7 ciri kematangan
psikologi, ringkasnya sebagai berikut:
a. Berorientasi pada tugas, bukan pada
diri atau ego; minat orang matang berorientasi pada tugas-tugas yang
dikerjakannya,dan tidak condong pada perasaan-perasaan diri sendri atau untuk
kepentingan pribadi.
b. Tujuan-tujuan yang jelas dan
kebiasaan-kebiasaan kerja yang efesien; seseorang yang matang melihat
tujuan-tujuan yang ingin dicapainya secara jelas dan tujuan-tujuan itu dapat
didefenisikannya secara cermat dan tahu mana pantas dan tidak serta bekerja
secara terbimbing menuju arahnya.
c. Mengendalikan perasaan pribadi;
seseorang yang matang dapat menyetir perasaan-perasaan sendiri dan tidak
dikuasai oleh perasaan-perasaannya dalam mengerjakan sesuatu atau berhadapan
dengan orang lain. Dia tidak mementingkan dirinya sendiri, tetapi
mempertimbangkan pula perasaan-perasaan orang lain.
d. Keobjektifan; orang matang memiliki
sikap objektif yaitu berusaha mencapai keputusan dalam keadaan yang bersesuaian
dengan kenyataan.
e. Menerima kritik dan saran; orang
matang memiliki kemauan yang realistis, paham bahwa dirinya tidak selalu benar,
sehingga terbuka terhadap kritik-kritik dan saran-saran orang lain demi peningkatan
dirinya.
f. Pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha
pribadi; orang yang matang mau memberi kesempatan pada orang lain membantu
usahan-usahanya untuk mencapai tujuan. Secara realistis diakuinya bahwa
beberapa hal tentang usahanya tidak selalu dapat dinilainya secara
sungguh-sunguh, sehingga untuk itu dia bantuan orang lain, tetapi tetap dia
brtanggungjawab secara pribadi terhadap usaha-usahanya.
g. Penyesuaian yang realistis terhadap
situasi-situasi baru; orang matang memiliki cirri fleksibel dan dapat
menempatkan diri dengan kenyataan-kenyataan yang dihadapinya dengan
situasi-situasi baru.
Dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian
terhadap pola-pola kehidupan yang baru, dan harapan-harapan sosial yang baru[1].
Masa dewasa awal adalah kelanjutan dari masa remaja. Sebagai kelanjutan masa
remaja, sehingga ciri-ciri masa remaja tidak jauh berbeda dengan perkembangan
remaja. Ciri-ciri perkembangan dewasa awal adalah:
a. Usia
reproduktif (Reproductive Age)
Masa dewasa adalah masa usia reproduktif. Masa
ini ditandai dengan membentuk rumah tangga.Tetapi masa ini bisa ditunda dengan
beberapa alasan. Ada beberapa orang dewasa belum membentuk keluarga sampai
mereka menyelesaikan dan memulai karir mereka dalam suatu lapangan tertentu.
b. Usia
memantapkan letak kedudukan (Setting down age)
Dengan pemantapan kedudukan (settle down),
seseorang berkembangan pola hidupnya secara individual, yang mana dapat menjadi
ciri khas seseorang sampai akhir hayat. Situasi yang lain membutuhkan
perubahan-perubahan dalam pola hidup tersebut, dalam masa setengah baya atau
masa tua, yang dapat menimbulkan kesukaran dan gangguan-gangguan emosi bagi
orang-orang yang bersangkutan.
Ini adalah masa dimana seseorang mengatur hidup
dan bertanggungjawab dengan kehidupannya. Pria mulai membentuk bidang pekerjaan
yang akan ditangani sebagai karirnya, sedangkan wanita muda diharapkan mulai
menerima tanggungjawab sebagai ibu dan pengurus rumah tangga.
c. Usia
Banyak Masalah (Problem age)
Masa ini adalah masa yang penuh dengan masalah.
Jika seseorang tidak siap memasuki tahap ini, dia akan kesulitan dalam
menyelesaikan tahap perkembangannya. Persoalan yang dihadapi seperti persoalan
pekerjaan/jabatan, persoalan teman hidup maupun persoalan keuangan, semuanya
memerlukan penyesuaian di dalamnya.
d. Usia
tegang dalam hal emosi (emostional tension)
Banyak orang dewasa muda mengalami kegagalan
emosi yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang dialaminya seperti
persoalan jabatan, perkawinan, keuangan dan sebagainya. Ketegangan emosional
seringkali dinampakkan dalam ketakutan-ketakutan atau
kekhawatiran-kekhawatiran. Ketakutan atau kekhawatiran yang timbul ini pada
umumnya bergantung pada ketercapainya penyesuaian terhadap persoalan-persoalan
yang dihadapi pada suatu saat tertentu, atau sejauh mana sukses atau kegagalan
yang dialami dalam pergumulan persoalan.
e. Masa
keterasingan sosial
Dengan berakhirnya pendidikan formal dan
terjunnya seseorang ke dalam pola kehidupan orang dewasa, yaitu karir,
perkawinan dan rumah tangga, hubungan dengan teman-teman kelompok sebaya
semakin menjadi renggang, dan berbarengan dengan itu keterlibatan dalam
kegiatan kelompok diluar rumah akan terus berkurang. Sebai akibatnya, untuk
pertama kali sejak bayi semua orang muda, bahkan yang populerpun, akan
mengalami keterpencilan sosial atau apa yang disebut krisis ketersingan
(Erikson:34).
f. Masa
komitmen
Mengenai komitmen, Bardwick (dalam Hurlock:250)
mengatakan: “Nampak tidak mungkin orang mengadakan komitmen untuk
selama-lamanya. Hal ini akan menjadi suatu tanggungajwab yang trrlalu berat
untuk dipikul. Namun banyak komitmen yang mempunyai sifat demikian: Jika anda
menjadi orangtua menjadi orang tua untuk selamanya; jika anda menjadi dokter
gigi, dapat dipastikan bahwa pekerjaan anda akan terkait dengan mulut orang
untuk selamanya; jika anda mencapai gelar doctor, karena ada prestasi baik
disekolah sewaktu anda masih muda, besar kemungkinan anda sampai akhir hidup
anda akan berkarier sebagai guru besar”.
g. Masa
Ketergantungan
Masa dewasa awal ini adalah masa dimana
ketergantungan pada masa dewasa biasanya berlanjut. Ketergantungan ini mungkin
pada orangtua, lembaga pendidikan yang memberikan beasiswa sebagian atau
sepenuh atau pada pemerintah karena mereka memperoleh pinjaman untuk membiayai
pendidikan mereka.
h. Masa
perubahan nilai
Beberapa alasan terjadinya perubahan nilai pada
orang dewasa adalah karena ingin diterima pada kelompok orang dewasa,
kelompok-kelompok sosial dan ekonomi orang dewasa.
i. Masa
Kreatif
Bentuk kreativitas yang akan terlihat sesudah
orang dewasa akan tergantung pada minat dan kemampuan individual, kesempatan
untuk mewujudkan keinginan dan kegiatan-kegiatan yang memberikan kepuasan
sebesar-besarnya. Ada yang menyalurkan kreativitasnya ini melalui hobi, ada
yang menyalurkannya melalui pekerjaan yang memungkinkan ekspresi kreativitas.
BAB II. HASIL – HASIL
PENELITIAN PSIKOLOGI DEWASA AWAL
Hasil penelitian dewasa awal lebih banyak
mengarah pada hubungan sosial, dan perkembangan intelektual, pekerjaan dan
perkawinan di usia dewasa awal, dan pengoptimalan perkembangan dewasa awal
serta perilaku penghayatan keagamaan. Beberapa hasil penelitian, diantaranya:
1. Persepsi seks maya
pada dewasa awal
Hasil penelitian oleh Ida Ayu Putu Sri Andini[2],
menunjukkan bahwa baik pria maupun wanita memiliki sikap yang negatif terhadap
seks maya. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor kebudayaan Indonesia yang masih
memegang teguh adat dan istiadat budaya timur, dimana manusia harus
memperhatikan aturan dan nilai budaya di dalam bersikap dan berperilaku.
Menurut Azwar (dalam Riyanti dan Prabowo, 1998) kebudayaan yang berkembang
dimana seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan sikap, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan pengaruh yang
kuat dalam sikap seseorang terhadap berbagai macam hal.
2. Penundaan usia
perkawinan dengan Intensi Penundaan Usia Perkwaninan
Dari hasil penelitian[3]
didapatkan hubungan yang positif dan sangat signifikan antara sikap terhadap
penundaan usia perkawinan dengan intensi penundaan usia. Hal ini berarti mereka
memiliki keyakinan yang tinggi bahwa penundaan usia perkawinan akan memberikan
keuntungan bagi mereka, baik keuntungan dari segi biologis, psikologis, sosial
dan ekonomi. Penundaan perkawinan akan memberikan waktu lebih banyak bagi mereka
untuk membentuk identitas pribadi sebagai individu yang matang secara biologis,
psikologis, sosial dan ekonomi.
3. Kesiapan Menikah
pada Wanita Dewasa Awal yang Bekerja
Adanya ketakutan menghadapi krisis pernikahan dan
berujung perceraian merupakan hal/kondisi yang membuat wanita bekerja ragu
tentang kesiapan menikah mereka. Ditambah lagi maraknya perceraian yang
dipublikasikan di media massa saat ini sehingga dianggap menjadi menjadi
fenomena biasa. Salah satu penyebab wanita yang bekerja memutuskan untuk
menunda pernikahan adalah keraguan dapat berbagi secara mental dan emosional
dengan pasangannya. Ketidaksiapan menikah yang dimiliki wanita bekerja
termanifestasi dengan adanya ketakutan menghadapi krisis perkawinan serta ragu
tentang kemampuan mereka berbagi secar mosional dengan pasangannya kelak.
Selain kesiapan psikis juga ketidak siapan fisik. Individu yang merasa memiliki
kondisi kesehatan yang tidak prima (sakit, misal DM) cenderung ragu melangkah
menuju jenjang pernikahan.
Untuk mengetahui apakah seseorang siap menikah
atau tidak, ada beberapa criteria yang perlu diperhatikan:
o Memiliki kemampuan mengendalikan perasaan diri
sendiri.
o Memiliki kemampuan untuk berhubungan baik
dengan orang banyak.
o Bersedia dan mampu menjadi pasangan menjadi pasangan
dalam hubungan seksual.
o Bersedia untuk membina hubungan seksual yang
intim.
o Memiliki kelembutan dan kasih saying kepada
orang lain.
o Sensitif terhadap kebutuhan dan perkembangan
orang lain.
o Dapat berkomunikasi secara bebas mengenai
pemikiran, perasaan dan harapan.
o Bersedia berbagi rencana dengan orang lain.
o Bersedia menerima keterbatasan orang lain.
o Memiliki kapasitas yang baik dalam menghadapi
masalah-masalah yang berhubungan dengan ekonomi.
o Bersedia menjadi suami isteri yang bertanggung
jawab.
Individu yang memiliki kematangan emosi akan
memiliki kesiapan menikah yang lebih baik, artinya mereka mampu mengatasi
perubahan-perubahan dan beradaptasi setelah memasuki pernikahan.
4. Kemandirian Dewasa
Awal
Penelitian dengan judul “Kemandirian Mahasiswi
UIN Suska Ditinjau dari Kesadaran Gender” ini, membuktikan bahwa bahwa
perbedaan perlakuan yang diterima anak laki-laki dan perempuan sejak lahir akan
mempengaruhi tingkat kemandirian. Semakin tinggi kesadaran gender maka semakin
tinggi kemandirian pada Mahasiswa UIN Suska Riau. Dengan makin tingginya
kesadaran gender yang dimiliki mahasiswi UIN Suska Riau lebih mandiri
dibandingkan dengan mahasiswi yang tidak memiliki kesadaran gender atau
memiliki kesadaran gender yang rendah. Mahasiswi yang memiliki kemandirian
tinggi akan lebih mudah menghadapi kehidupan, tantangan yang dihadapinya, serta
menjalin hubungan yang mantap dalam kehidupan sosialnya.
5. Perilaku
Perkembangan penghayatan Identitas dan Nilai-Nilai Agama dalam Kehidupan Sehari-Hari
a. Perkembangan
Identitas Diri dalam Area Agama
Penelitian dengan judul “Perkembangan Identitas
Diri Dalam Area Agama pada Remaja Akhir” ini adalah studi deskriptif pada
mahasiswa di Fakultas Psikologi UIN Suska Riau, dengan usia sample 18 – 22 tahun
Menurut Hurlock, usia ini sudah memasuki usia Dewasa Awal.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa
remaja akhir yang berstatus sebagai mahasiswa Fakultas Psikologi berada pada
status identitas diri yang ideal.
b. Perilaku Penghayatan
Nilai-Nilai Agama
Penelitian dengan judul “Hubungan Antara Sikap
Terhadap Aspek Kehalalan dengan perilaku Membeli produk Makanan dan Minuman
Halal pada Mahasiswa Fakultas Syari’ah IAIN SUSQA Pekanbaru”, membuktikan bahwa
semakin positif sikap terhadap aspek kehalalan, maka semakin meningkat perilaku
membeli produk makanan dan minuman halal. Subjek memiliki pengetahuan tantang
masalah kehalalan, sehingga subjek memiliki persepsi dan keyakinan bahwa
kehalalan adalah hal yang mendasar dalam kaitannya dengan produk makanan dan
minuman yang dikonsumsinya. Subjek meyakini bahwa bahan yang terkandung dan
proses yang dilalui dalam pembuatan produk tersebut memiliki titik kritis untuk
kehalalan pangan. Subjek juga membentuk afek yang mendukung keyakinan tersebut,
serta reaksi fisiologis yang sesuai dengan kepercayan dan keyakinan yang
dimilikinya. Selanjutnya juga muncul keinginan dan kecenderungan untuk
melakukan sesuatu yang selaras dengan kepercayaan dan perasaan tersebut.
BAB III. OPTIMALISASI
PERKEMBANGAN DEWASA AWAL
Dewasa awal adalah masa dimana seluruh potensi
sebagai manusia berada pada puncak perkembangan baik fisik maupun psikis. Masa
yang memiliki rentang waktu antara 20 – 40 tahun adalah masa-masa pengoptimalan
potensi yang ada pada diri individu. Jika masa ini bermasalah, akan
mempengaruhi bahkan kemungkinan individu mengalami masalah yang paling serius
pada masa selanjutnya.
Menurut Vailant (1998) membagi masa dewasa awal
menjadi tiga masa, yaitu masa pembentukan (20 – 30 tahun) dengan tugas
perkembangan mulai memisahkan diri dari orang tua, membentuk keluarga baru
dengan pernikahan dan mengembangkan persahabatan. Masa konsolidasi (30
– 40 tahun), yaitu masa konsolidasi karir dan memperkuat ikatan perkawinan.
Masa transisisi (sekitar usia 40 tahun), merupakan masa meninggalkan
kesibukan pekerjan dan melakukan evaluasi terhadap hal yang telah diperoleh.
Tugas-Tugas
Perkembangan Dewasa Awal
Optimalisasi perkembangan dewasa awal mengacu
pada tugas-tugas perkembangan dewasa awal menurut R.J. Havighurst (1953)[9],
telah mengemukakan rumusan tugas-tugas perkembangan dalam masa dewasa awal
sebagai berikut:
a. Memilih teman bergaul (sebagai calon suami
atau istri)
Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa
muda semakin memiliki kematangan fisiologis (seksual) sehingga mereka siap
melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu melakukan hubungan seksual dengan lawan
jenisnya. Dia mencari pasangan untuk bisa menyalurkan kebutuhan biologis.
Mereka akan berupaya mencari calon teman hidup
yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk
kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia,
pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai prasyarat pasangan
hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda.
b. Belajar hidup bersama dengan suami istri
Dari pernikahannya, dia akan saling menerima dan
memahami pasangan masing-masing, saling menerima kekurangan dan saling bantu membantu
membangun rumah tangga. Terkadang terdapat batu saandungan yang tidak bisa
dilewati, sehingga berakibat pada perceraian. Ini lebih banyak diakibatkan oleh
ketidak siapan atau ketidak dewasaan dalam menanggapi masalah yang dihadapi
bersama.
c. Mulai hidup dalam keluarga atau hidup
berkeluarga
Masa dewasa yang memiliki rentang waktu sekitar
20 tahun (20 – 40) dianggap sebagai rentang yang cukup panjang. Terlepas dari
panjang atau pendek rentang waktu tersebut, golongan dewasa muda yang berusia
di atas 25 tahun, umumnya telah menyelesaikan pendidikannya minimal setingkat
SLTA (SMU-Sekolah Menengah Umum), akademi atau universitas. Selain itu,
sebagian besar dari mereka yang telah menyelesaikan pendidikan, umumnya telah
memasuki dunia pekerjaan guna meraih karier tertinggi. Dari sini, mereka
mempersiapkan dan membukukan diri bahwa mereka sudah mandiri secara ekonomis,
artinya sudah tidak bergantung lagi pada orang tua. Sikap yang mandiri ini
merupakan langkah positif bagi mereka karena sekaligus dijadikan sebagai
persiapan untuk memasuki kehidupan rumah tangga yang baru. Belajar mengasuh
anak-anak.
d. Mengelolah rumah tangga
Setelah menjadi pernikahan, dia akan berusaha
mengelolah rumah tangganya. Dia akan berusaha membentuk, membina, dan
mengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai
kebahagiaan hidup. Mereka harus dapat menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan
pasangan hidup masing-masing. Mereka juga harus dapat melahirkan, membesarkan,
mendidik, dan membina anak-anak dalam keluarga. Selain itu, tetap menjalin
hubungan baik dengan kedua orang tua ataupun saudara-saudaranya yang lain.
e. Mulai bekerja dalam suatu jabatan
Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat
SMU, akademi atau universitas, umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna
menerapkan ilmu dan keahliannya. Mereka berupaya menekuni karier sesuai dengan
minat dan bakat yang dimiliki, serta memberi jaminan masa depan keuangan yang
baik. Bila mereka merasa cocok dengan kriteria tersebut, mereka akan merasa
puas dengan pekerjaan dan tempat kerja. Sebalik-nya, bila tidak atau belurn
cocok antara minat/ bakat dengan jenis pekerjaan, mereka akan berhenti dan
mencari jenis pekerjaan yang sesuai dengan selera. Tetapi kadang-kadang
ditemukan, meskipun tidak cocok dengan latar belakang ilrnu, pekerjaan tersebut
memberi hasil keuangan yang layak {baik), mereka akan bertahan dengan pekerjaan
itu. Sebab dengan penghasilan yang layak (memadai), mereka akan dapat membangun
kehidupan ekonomi rumah tangga yang mantap dan mapan. Masa dewasa muda adalah
masa untuk mencapai puncak prestasi. Dengan semangat yang menyala-nyala dan
penuh idealisme, mereka bekerja keras dan bersaing dengan teman sebaya (atau
kelompok yang lebih tua) untuk menunjukkan prestasi kerja. Dengan mencapai
prestasi kerja yang terbaik, mereka akan mampu memberi kehidupan yang
makmur-sejahtera bagi keluarganya.
f. Mulai bertangungjawab sebagai warga Negara
secara layak
Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap
orang yang ingin hidup tenang, damai, dan bahagia di tengah-tengah masyarakat.
Warga negara yang baik adalah warga negara yang taat dan patuh pada tata aturan
perundang-undangan yang ber-laku. Hal ini diwujudkan dengan cara-cara, seperti
(1) mengurus dan memiliki surat-surat kewarganegaraan (KTP, akta kelahiran,
surat paspor/visa bagi yang akan pergi ke luar negeri), (2) mem-bayar pajak
(pajak televisi, telepon, listrik, air. pajak kendaraan bermotor, pajak
penghasilan), (3) menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat dengan
mengendalikan diri agar tidak tercela di mata masyarakat, dan (4) mampu
menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial di masyarakat (ikut terlibat dalam
kegiatan gotong royong, kerja bakti membersihkan selokan, memperbaiki jalan,
dan sebagainya). Tugas-tugas perkembangan tersebut merupakan tuntutan yang
harus dipenuhi seseorang, sesuai dengan norma sosial-budaya yang berlaku di
masyarakat. Bagi orang tertentu, yang menjalani ajaran agama (rnisalnya hidup
sendiri/selibat), mungkin tidak mengikuti tugas perkembangan bagian ini, yaitu
mencari pasangan hidup dan membina kehidupan rumah tangga. Baik disadari atau
tidak, setiap orang dewasa muda akan melakukan tugas perkembangan tersebut
dengan baik.
g. Memperoleh kelompok sosial yang seirama
dengan nilai-nilai pahamnya
Masa dewasa awal ditandai juga dengan membntuk
kelompok-kelompok yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya. Salah satu
contohnya adalah membentuk ikatan sesuai dengan profesi dan keahlian.
Masalah Perkembangan
pada Dewasa Awal
Dengan bertambahnya usia, semakin bertambahpula
masalah-masalah yang menghampiri. Dewasa awal adalah masa transisi, dari remaja
yang huru-hara, kemasa yang menuntut tanggung jawab. Tidak bisa dipungkiri
bahwa banyak orang dewasa awal mengalami masalah-masalah dalam perkembangannya.
Masalah-masalah itu antara lain:
a. Penentuan identitas diri ideal vs kekaburan
identitas
Dewasa awal merupakan kelanjutan dari masa
remaja. Penemuan identitas diri adalah hal yang harus pada masa ini. Jika masa
ini bermasalah, kemungkinan individu akan mengalami kekaburan identitas.
b. Kemandirian vs tidak mandiri
c. Sukses meniti jenjang pendidikan dan karir vs
gagal menempuh jenjang pendidikan dan karir.
d. Menikah vs tidak menikah (lambat menikah)
e. Hubungan sosial yang sehat vs menarik diri
Dalam menjalani masa dewasa awal, ada beberapa
masalah yang menjadi penghambat perkembangan. Khusus dalam masa dewasa awal,
diantara penghambat yang sangat penting sehingga menyukarkan penguasaan
tugas-tugas perkembangan, diantranya[10]:
ü Latihan yang tidak berkesinambungan (discontinuities);
sebagai salah satu penghambat penguasaan tugas-tugas perkembangan dewasa awal,
berhubungan erat dengan pengalaman-pengalaman belajar dan latihan masa lalu.
ü Perlindungan yang berlebihan (over
protectiveness); Bersangkutan dengan pola asuh orangtua yng pernah dialami
dalam masa kanak-kanak.
ü Perpanjangan pengaruh-pengaruh peer-group (prolongation
of peer-group influences); Satu diantara penghambat bagi orang dewasa awal
dalam menguasai tugas-tugas perkembangan. Disini akan terlihat pengaruh
kelompok-kelompok khusus bagi perkembangan dewasa awal.
ü Inspirasi-inspirasi yang tidak realistis (unrealistic
aspiration); Kesukaran-kesukaran dewasa awal, dapat ditimbulkan oleh
konsep-konsep yang tidak realistis dalam benak pada dewasa awal (yang baru
meninggalkan masa remaja) tentang apa yang diharapkan dengan apa yang dapat
dicapai.
BAB
III. PENUTUP
Masa dewasa adalah masa yang sangat panjang (20 –
40 tahun), dimana sumber potensi dan kemampuan bertumpu pada usia ini. Masa ini
adalah peralihan dari masa remaja yang masih dalam ketergantungan menuju masa
dewasa, yang menuntut kemandirian dan diujung fase ini adalah fase dewasa
akhir, dimana kemampuan sedikit demi sedikit akan berkurang. Sehingga masa
dewasa awal adalah masa yang paling penting dalam hidup seseorang dalam masa
penitian karir/pekerjaan/sumber penghasilan yang tetap.
Masa ini juga adalah masa dimana kematangan emosi
memegang peranan penting. Seseorang yang ada pada masa ini, harus bisa
menempatkan dirinya pada situasi yang berbeda; problem rumah tangga, masalah
pekerjaan, pengasuhan anak, hidup berkeluarga, menjadi warga masyarakat,
pemimpin, suami/istri membutuhkan kestabilan emosi yang baik.
REFERENSI
Monks,F.J., Knoers,A.M.P & Hadinoto S.R.
2001. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Hurlock,E.B.1993. Psikologi Perkembangan:
Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan (edisi kelima). Jakarta:
Erlangga.
Santrock.2007. Perkembangan Anak.Jilid 1.Jakarta:
Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar