BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Stress adalah beban rohani yang melebihi
kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol
secara sehat. kebanyakan penyakit stres ini dialami oleh manusia
Stress adalah suatu kondisi ketegangan yang
mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang (Handoko, 1997:200).
Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi
lingkungannya.
Sebagai hasilnya, pada diri para karyawan berkembang berbagai macam gejala stress yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Stress dapat juga membantu atau fungsional, tetapi juga dapat berperan salah atau merusak prestasi kerja.
Secara sederhana hal ini berarti bahwa stress mempunyai potensi untuk mendorong atau mengganggu pelaksanaan kerja, tergantung seberapa besar tingkat stress yang dialami oleh karyawan tersebut (Handoko, 1997:201-202).
Adapun menurut Robbins (2001:563) stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stress dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Jadi, stress dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi positif dan negatif tergantung dari sudut pandang mana seseorang atau karyawan tersebut dapat mengatasi tiap kondisi yang menekannya untuk dapat dijadikan acuan sebagai tantangan kerja yang akan memberikan hasil yang baik atau sebaliknya.
Sebagai hasilnya, pada diri para karyawan berkembang berbagai macam gejala stress yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Stress dapat juga membantu atau fungsional, tetapi juga dapat berperan salah atau merusak prestasi kerja.
Secara sederhana hal ini berarti bahwa stress mempunyai potensi untuk mendorong atau mengganggu pelaksanaan kerja, tergantung seberapa besar tingkat stress yang dialami oleh karyawan tersebut (Handoko, 1997:201-202).
Adapun menurut Robbins (2001:563) stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stress dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Jadi, stress dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi positif dan negatif tergantung dari sudut pandang mana seseorang atau karyawan tersebut dapat mengatasi tiap kondisi yang menekannya untuk dapat dijadikan acuan sebagai tantangan kerja yang akan memberikan hasil yang baik atau sebaliknya.
B.
Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian stress?
2. Apa pengertian coping stres?
3. Bagaimana cara mengatasi stres?
4. Bagaimana penjelasan tentang efek budaya dan
gender dalam stres?
c. Maksud dan Tujuan
1. mengetahui
pengertian stres
2.
mengetahui pengertian coping stres
3.
mengetahui cara mengatasi stres
4.
mengetahui penjelasan tentang efek budaya dan gender dalam sres
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
1.
Stres
Stres adalah suatu kondisi yang dinamis
saat seorang individu
dihadapkan pada peluang,
tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang
dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan
penting. Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu
sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat.
Stres tidak selalu buruk, walaupun biasanya dibahas dalam konteks negatif,
karena stres memiliki nilai positif ketika menjadi peluang saat menawarkan potensi hasil. Sebagai
contoh, banyak profesional memandang tekanan
berupa beban kerja yang berat dan tenggat waktu yang mepet sebagai tantangan positif yang
menaikkan mutu pekerjaan mereka dan kepuasan yang mereka dapatkan dari
pekerjaan mereka. Stres bisa positif dan bisa negatif. Para peneliti berpendapat bahwa stres tantangan, atau stres yang menyertai tantangan di lingkungan kerja, beroperasi sangat berbeda dari stres hambatan, atau stres yang menghalangi dalam mencapai tujuan. Meskipun riset mengenai stres tantangan dan stres hambatan baru tahap permulaan, bukti awal menunjukan bahwa stres tantangan memiliki banyak implikasi yang lebih sedikit negatifnya dibanding stres hambatan.
A. Sumber-sumber Potensi Stres
1. Faktor Lingkungan
Selain memengaruhi desain struktur sebuah organisasi, ketidakpastian lingkungan juga memengaruhi tingkat stres para karyawan dan organisasi. Perubahan dalam siklus bisnis menciptakan ketidakpastian ekonomi, misalnya, ketika kelangsungan pekerjaan terancam maka seseorang mulai khawatir ekonomi akan membur
Selain memengaruhi desain struktur sebuah organisasi, ketidakpastian lingkungan juga memengaruhi tingkat stres para karyawan dan organisasi. Perubahan dalam siklus bisnis menciptakan ketidakpastian ekonomi, misalnya, ketika kelangsungan pekerjaan terancam maka seseorang mulai khawatir ekonomi akan membur
2.
Faktor organisasi
Banyak faktor di dalam organisasi
yang dapat menyebabkan stres.Tekanan untuk menghindari kesalahaan atau
menyelesaikan tugas dalam waktu yang mepet, beban kerja yang berlebihan, atasan
yang selalu menuntut dan tidak peka, dan rekan kerja yang tidak menyenangkan
adalah beberapa di antaranya. Hal ini dapat mengelompokkan faktor-faktor ini
menjadi tuntutan tugas, peran, dan antarpribadi.
Tuntutan tugas adalah faktor yang terkait dengan
pekerjaan seseorang. Tuntutan tersebut meliputi desain pekerjaan individual,
kondisi kerja, dan tata letak fisik pekerjaan. Sebagai contoh, bekerja di
ruangan yang terlalu sesak atau di lokasi yang selalu
terganggu oleh suara bising dapat meningkatkan kecemasan dan stres. Dengan
semakin pentingnya layanan pelanggan, pekerjaan yang menuntut faktor emosional bisa
menjadi sumber stres.
Tuntutan peran berkaitan dengan tekanan yang diberikan kepada seseorang sebagai fungsi dari
peran tertentu yang dimainkannya dalam organisasi. Konflik peran menciptakan ekspektasi yang mungkin
sulit untuk diselesaikan atau dipenuhi.
Tuntutan antarpribadi adalah tekanan yang diciptakan
oleh karyawan. Tidak adanya dukungan dari kolega dan hubungan antarpribadi yang
buruk dapat meyebabkan stres, terutama di antara para karyawan yang memiliki
kebutuhan sosial yang tinggi.
3. Faktor pribadi
Faktor-faktor pribadi terdiri dari masalah keluarga, masalah ekonomi pribadi, serta kepribadian dan karakter yang melekat dalam diri seseorang.
Survei
nasional secara konsisten menunjukkan bahwa orang sangat mementingkan hubungan keluarga dan pribadi. berbagai kesulitan dalam hidup
perkawinan, retaknya hubungan, dan kesulitan masalah disiplin dengan anak-anak adalah
beberapa contoh masalah hubungan yang menciptakan stres. Masalah ekonomi karena
pola hidup yang lebih besar pasak daripada tiang adalah kendala pribadi lain
yang menciptakan stres bagi karyawan dan mengganggu konsentrasi kerja karyawan
Studi terhadap tiga organisasi yang berbeda menunjukkan bahwa
gejala-gejala stres yang dilaporkan sebelum memulai pekerjaan sebagian besar
merupakan varians dari berbagai gejala stres yang dilaporkan sembilan bulan
kemudian. Hal ini membawa para peneliti pada kesimpulan bahwa sebagian orang
memiliki kecenderungan kecenderungan inheren untuk mengaksentuasi aspek-aspek
negatif dunia secara umum. Jika kesimpulan ini benar, faktor individual
yang secara signifikan memengaruhi stres adalah sifat dasar seseorang. Artinya,
gejala stres yang diekspresikan pada pekerjaan bisa jadi sebenarnya berasal
dari kepribadian orang itu.
B. Akibat Stres
Merokok
berkaitan dengan gejala stres
Stres menampakkan diri dengan berbagai cara. Sebagai
contoh, seorang individu yang sedang stres berat mungkin mengalami tekanan darah tinggi, seriawan, jadi mudah jengkel, sulit membuat
keputusan yang bersifat rutin, kehilangan selera makan, rentan terhadap
kecelakaan, dan sebagainya.Akibat stres dapat dikelompokkan dalam tiga kategori
umum: gejala fisiologis, gejala psikologis, dan gejala perilaku.
Pengaruh gejala stres biasanya berupa gejala
fisiologis. Terdapat riset yang menyimpulkan bahwa stres dapat menciptakan
perubahan dalam metabolisme, meningkatkan detak jantung dan tarikan napas, menaikkan tekanan darah,
menimbulkan sakit kepala, dan memicu serangan jantung.
Stres yang berkaitan dengan pekerjaan dpat menyebabkan
ketidakpuasan terkait dengan pekerjaan. Ketidakpuasan adalah efek psikologis sederhana tetapi paling nyata dari stres. Namun stres
juga muncul dalam beberapa kondisi psikologis lain, misalnya, ketegangan,
kecemasan, kejengkelan, kejenuhan, dan sikap yang suka menunda-nunda pekerjaan.
Gejala stres yang berkaitan dengan perilaku meliputi
perubahan dalam tingkat produktivitas, kemangkiran, dan perputaran karyawan,
selain juga perubahan dalam kebiasaan makan, pola merokok, konsumsi alkohol, bicara yang gagap, serta kegelisahan dan
ketidakteraturan waktu tidur. Ada banyak riset yang menyelidiki hubungan
stres-kinerja Pola yang paling banyak dipelajari dalam literatur stres-kinerja
adalah hubungan U-terbalik. Logika yang mendasarinya adalah bahwa tingkat stres
rendah sampai menengah merangsang tubuh dan meningkatkan kemampuannya untuk
bereaksi. Pola U-terbalik ini menggambarkan reaksi terhadap stres dari waktu ke
waktu dan terhadap perubahan dalam intensitas stres.
Cara Mengatasi
Stress. Stress merupakan
keadaan di mana kita merasa sangat penat, terbebani, dan perasaan yang tidak
karuhan. Mulai dari anak kecil sampai orang dewasa pun bisa mengalami stress,
hanya saja pada anak-anak mungkin tidak sesering orang dewasa yang biasanya
sering mengalami stress karena pusing terlalu banyak pekerjaan.
A.
Cara mengatasi Stress
1. Berpikir Positif
Optimisme dapat
menangkal dampak negatif stres, ketegangan dan kecemasan telah di sistem
kekebalan tubuh Anda dan kesejahteraan. Sangat penting untuk mengelilingi diri
dengan orang-orang positif. Getaran negatif dari teman-teman dan rekan kerja
dapat menyebar, sehingga sulit bagi Anda untuk bersantai. Lihatlah situasi
tertentu berbeda. Mungkin cara Anda mencari mungkin menyebabkan tekanan yang
banyak.
2. Tidur
Aktivitas ini bisa
dibilang efektif. Mendapatkan tidur nyenyak yang cukup memiliki dampak besar
pada tingkat stres Anda. Fungsi kekebalan dan ketahanan terhadap penyakit pun
bangkit.
Tidur tidak hanya mengurangi tingkat pemulihan Anda.
Tapi ingat, ini bsia juga meningkatkan tingkat stres dalam tubuh Anda jika
kadarnya berlebih. Jadi, jangan kesiangan karena ini akan membuat Anda
bertambah lesu.
3. Tertawa
Tawa luka stres dan
mempromosikan relaksasi. Itu, pada gilirannya, membantu sel-sel kekebalan tubuh
berfungsi lebih baik. Temukan humor dalam hal-hal dan terlibat dalam aktivitas
yang membuat Anda tertawa untuk meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan
ketahanan terhadap penyakit.
4. Olahraga
Latihan akan
merevitalisasi tubuh dan pikiran Anda dan Anda akan siap untuk menghadapi apa
pun. Olahraga
teratur dan aktivitas fisik tidak hanya memperkuat sistem kekebalan tubuh,
sistem kardiovaskular, jantung, otot dan tulang, tetapi juga membantu dalam
manajemen stres dengan menyediakan gangguan dari situasi stres dan meningkatkan
endorfin (merasa-baik tubuh kimia).
Penelitian menunjukkan bahwa 20 menit setiap hari
adalah semua yang diperlukan untuk pengalaman manfaat. Jadi mendapatkan
beberapa memompa darah dan melepaskan beberapa endorfin.
5. Meditasi
Meditasi sangat bagus
tidak hanya untuk menghilangkan stres, tetapi juga untuk relaksasi otot.
Penelitian telah menunjukkan bahwa meditasi dapat membantu dalam menurunkan
tekanan darah.
Cobalah mulai sekarang renungkan untuk memanggil
energi positif. Caranya mudah, cukup hanya mengambil nafas panjang dan
mengosongkan pikiran Anda. Lakukan meditasi10 menit saja dan reguk manfaatnya
6. Dengarkan Musik
Apakah Anda terjebak
dalam kemacetan lalu lintas atau bersiap untuk hari yang berat di tempat kerja,
mendengarkan musik favorit Anda merupakan metode yang bagus untuk mengurangi
stres dan menghilangkan kecemasan.
Musik yang menenangkan dapat memiliki efek relaksasi
pada gelisah, tegang pikiran. Hal ini juga dapat menurunkan tekanan darah,
memperlambat pernapasan dan detak jantung. Cari tahu apa jenis musik yang bisa
membantu Anda bekerja yang terbaik dan kemudian membuat koleksi musik untuk
membantu Anda rileks dan merasa baik.
7. Pandai-pandailah bersyukur
7. Pandai-pandailah bersyukur
Bersyukur
merupakan cara yang paling ampuh dalam mengatasi stress, bagaimana tidak.
karena pada umumnya orang mengalami stress karena tidak kuat dengan apa yang telah
terjadi atau keadaan yang menimpanya. Dengan bersyukur kita akan senantiasa
ingat bahwa segala sesuatu yang kita peroleh merupakan pemberian dari ALLAH SWT
dan seyogyanya kita terima dan kita kerjakan dengan rasa ikhlas.
8. Libatkan indera Anda
Aroma tertentu dapat
memiliki efek, menenangkan relaksasi pada keadaan pikiran Anda. Anda dapat
mencoba menempatkan lilin lavender, lemon atau chamomile beraroma di sekitar
rumah atau kantor Anda. Anda juga dapat menggunakan salah satu dari aroma di
kamar mandi Anda.
9. Minum teh hijau
9. Minum teh hijau
Teh hijau mengandung
asam amino, Theanine, yang membantu dalam produksi dan pelepasan bahan kimia
yang disebut Dopamin. Kedua Dopamin dan Theanine merangsang perasaan
kesejahteraan di dalam tubuh. Namun, kafein dapat memperburuk respon stres,
jadi hindari minuman berkafein.
10. Pijat
Pijat seluruh tubuh
membantu untuk melepaskan ketegangan dan rasa sakit dari stres otot tegang.
Jika Anda tidak pernah mengalami pijat, Anda akan kehilangan salah satu hal
paling indah dalam hidup.
3.
Efek Budaya dan Gender dalam Stress
A.
Efek Budaya
Perubahan kebudayaan dalam
masyarakat merupakan gejala perubahan pola hidup, kebiasaan dan struktur sosial
dalam masyarakat yang disebabkan oleh beberapa faktor. Perubahan kebudayaan ini
merupakan hal alami yang terjadi di masyarakat dikarenakan sifat alami manusia
yang selalu ingin mengadakan perubahan.
Menurut sumber dari Wikipedia, perubahan
sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya
dalam suatu masyarakat yang terjadi karena :
1.
Adanya perubahan komunikasi.
2.
Cara dan pola pikir masyarakat.
3.
Faktor internal lain seperti perubahan jumlah penduduk,
penemuan baru, terjadinya konflik atau revolusi, dan.
4.
Faktor eksternal seperti bencana alam dan perubahan
iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Menurut Hirschman, kebosanan manusia
sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan. Seperti yang telah disebutkan di
atas, perubahan jumlah penduduk merupakan salah satu penyebab perubahan
kebudayaan secara intern, baik itu dikarenakan kelahiran, kematian ataupun
perpindahan (migrasi). Perpindahan penduduk merupakan salah satu penyebab yang
patut diperhitungkan. Biasanya masyarakat pendatang cenderung membawa
kebudayaan asalnya. Hal ini menyebabkan terjadinya pergeseran kebudayaan
masyarakat asal dan terjadi pembauran kebudayaan. Hal ini diperkuat jika
kebudayaan yang dibawa tampak lebih modern dan lebih menarik. Sebagai contoh
masyarkat ibu kota yang melakukan migrasi ke daerah, cenderung memamerkan hal –
hal baru yang dimiliki dan membawa kebudayaan kota yang biasa dilakukan ke
daerah.
Hal ini ditunjang oleh kemajuan
teknologi, sehingga masyarakat daerah tertarik dan cenderung mengikuti pola,
kebiasaan dan kebudayaan tersebut. Akan tetapi, tidak semua kebudayaan yang di
bawa membawa pengaruh positif. Contoh lain yaitu adanya penemuan baru merupakan
salah salah satu penyebab perubahan kebudayaan secara internal. Handphone
merupakan salah satu temuan yang mengubah kebiasaan masyarkat dalam
berkomunikasi. Masyarakat yang semula menggunakan surat sebagai sarana
berkomunikasi, saat ini telah beralih menggunakan handphone.
Bahkan handphone bukan lagi barang
mewah.Contoh lain penyebab perubahan kebudayaan secara eksternal adalah
masuknya kebudayaan barat ke Indonesia dengan sangat mudah seperti perayaan
Valentine, April mop, dan Halloween . Media masa, merupakan salah satu sarana
utama masuknya kebudayaan tersebut dan berbaur dengan kebudayaan kita. Sebagian
besar masyarakat Indonesia saat ini selalu merayakan Valentine sebagai hari
kasih sayang, tanpa mengetahui asal muasal dan tujuan kebudayaan tersebut.
Pada umumnya mereka hanya menirukan kebiasaan
yang dilakukan masyarakat barat untuk memberikan kado, tanda kasih sayang ke
orang – orang spesial seperti yang dilakukan di film, televisi ataupu di
artikel – artikel majalah. Hal ini sangat mengubah kebiasaan masyarakat kita.
Buktinya setiap bulan Februari seluruh pusat perbelanjaan di Indonesia selalu
dipenuhi oleh pernak pernik Valentine, setiap stasiun televisi menyiarkan berbagai
film romantis, dll. Akan tetapi, kebudayaan tersebut juga memberikan dampak
negative untuk masyarakat Indonesia. Terbukti dengan banyaknya remaja di
tangkap saat merayakan Valentine dengan minuman keras dan seks bebas.
Masyarakat pada umumnya memang
cenderung untuk menirukan hal – hal baru yang dianggap canggih, menarik dan
menyenangkan, tanpa memikirkan dampaknya. Hal ini sudah sepatutnya diwaspadai.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan komunikasi yang memudahkan setiap
orang berkomunikasi dengan orang lain antar daerah, antar pulau, antar negara
bahkan antar benua tidak menutup kemungkinan masuknya kebudayaan – kebudayaan
asing kedalam masyarakat tersebut dan berbaur. Ditambah pula kesadaran generasi
muda untuk mempertahankan kebudayaan asli yang semakin menurun memungkinkan
hilangnya kebudayaan asli dari setiap masyarakat, khususnya masyarakat
Indonesia. Hal ini menuntut kepedulian dan perhatian lebih lanjut agar
masyarakat Indonesia dapat mempertahankan kebudayaan – kebudayaan positif yang
merupakan ciri khas bangsa Indonesia di masa – masa mendatang.
B.Gender dalam Stres
Setiap
pekerjaan pasti memiliki tingkat stres masing-masing. Ada banyak hal yang
menjadi penyebabnya, misalnya atasan tidak menghargai hasil kerja Anda, beban
pekerjaan yang tinggi, atau lingkungan kerja yang penuh politik kantor.
Namun, ternyata
tidak semua penyebab ini bisa langsung memengaruhi pikiran seseorang, dan
membuatnya stres. Sebuah penelitian baru yang dilakukan oleh University of
Calgary in Alberta, Kanada, mengungkapkan bahwa penyebab stres dalam pekerjaan
dipengaruhi oleh jenis kelamin.
Penelitian ini
dilakukan terhadap 2.700 orang laki-laki dan perempuan yang belum mengalami
depresi di Alberta, Kanada, selama kurun waktu 2008 sampai 2011. Setelah satu
tahun, ternyata para peserta ini mengalami tingkat depresi yang cukup tinggi.
Sebanyak 3,6 persen peserta mengalami depresi karena pekerjaannya. Insiden
peningkatan depresi akibat pekerjaan ini ternyata lebih banyak dialami
perempuan sampai sekitar 4,5 persen, sedangkan laki-laki hanya 2,9 persen saja.
Hal ini menunjukkan, lingkungan dan kondisi pekerjaan bisa mempengaruhi
kesehatan mental seorang pekerja, baik laki-laki maupun perempuan, namun dengan
cara yang berbeda.
Menurut
penelitian ini, penyebab perempuan mengalami stres biasanya karena kurangnya
penghargaan di tempat kerja, atau tidak dihargai atas upaya dan kerja keras
yang dilakukannya. Sedangkan pria lebih banyak merasakan stres akibat pekerjaan
yang menumpuk sehingga membuat mereka tegang. Selain itu ketegangan dalam
pekerjaan ini juga dipengaruhi oleh adanya tuntutan dan beban kerja yang
tinggi, sekaligus tingginya tekanan psikologis yang dihadapi.
Yang menarik
dalam penelitian ini adalah fakta bahwa perempuan dan laki-laki memiliki
persepsi yang berbeda tentang tipe pekerjaan yang menyiksa mereka, yang salah
satunya terlihat dari cara mereka memandang keseimbangan kehidupan kerja.
"Perempuan dan laki-laki merasa memiliki peran dan kontribusinya
masing-masing dalam keluarga dan pekerjaan," ungkap Jianli Wang, salah
satu profesor di Department of Psychiatry and Community Health Sciences di
University of Calgary in Alberta, Kanada.
Para lelaki
biasanya lebih mudah mengalami depresi dan stres ketika kehidupan rumah tangga
mengganggu kehidupan kerja mereka. Hal yang sebaliknya terjadi pada perempuan,
mereka merasa stres justru ketika kehidupan kerja mengganggu kehidupan
keluarganya.
Namun persamaan penyebab stres di dunia kerja antara perempuan dan laki-laki terjadi ketika berkaitan dengan risiko kehilangan pekerjaan. Perempuan yang bekerja full time akan memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami stres dan depresi dibanding perempuan yang bekerja paruh waktu. Lain halnya dengan para pria. Mereka akan memiliki risiko stres yang sama besar saat mereka bekerja full time ataupun part time.
Namun persamaan penyebab stres di dunia kerja antara perempuan dan laki-laki terjadi ketika berkaitan dengan risiko kehilangan pekerjaan. Perempuan yang bekerja full time akan memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami stres dan depresi dibanding perempuan yang bekerja paruh waktu. Lain halnya dengan para pria. Mereka akan memiliki risiko stres yang sama besar saat mereka bekerja full time ataupun part time.
5 steps to get started with a cryptocurrency wallet - Work
BalasHapus3.Paying Bitcoin. If you're an online cryptocurrency enthusiast, febcasino then งานออนไลน์ you have to make sure that you are using cryptocurrency. As deccasino a first-class online